Dalam perjalanan kita menjalani hidup, kadang Tuhan mempertemukan
kita dengan seseorang, yang padanya hati dan pikiran kita dapat
tertambat begitu kuat. Kita pun berandai-andai dan mencoba berdialog
dengan Tuhan, mungkinkah dia adalah sosok yang Dia kirimkan untuk
melengkapi hidup kita dan menemani kita menjalani sisa umur kita.
Namun, kadang Tuhan begitu misterius; Dia komunikatif dengan caraNya
sendiri, yang kadang sulit dipahami makhluknya. Dia pisahkan dua hati
yang pernah terikat begitu kuat, dengan alasan yang beragam. Maka
hati-hati yang sempat penuh bunga berwarna-warni itu berubah menjadi
padang tandus yang panas, kering dan berdebu. Kita pun bertanya-tanya,
apa maksud semua ini?
Kita, makhluk yang lemah, lalu menuntut keadilan dan, kalau bisa,
memaksaNya menuruti semua kehendak kita, hingga lupa bahwa Dia adalah
Yang Maha Merajai Alam Semesta sekaligus Maha Membolak-balikkan Hati. Di
tanganNya kekuasaan dan kemauan untuk mengarahkan pada siapa hati kita
memiliki kecenderungan, dan keputusan apakah sosok itu akan membuka
hatinya pada kita atau pada yang lain. Di tanganNya kekuasaan dan
keputusan seberapa lama kita akan bersamanya serta kapan dan mengapa
harus berpisah, juga kekuasaan untuk menentukan warna apa yang tergores
di hati kita, maka biasa kita temui dua orang yang pernah saling
mencintai bisa saling membenci dengan begitu hebatnya.
Dia juga Maha Merajai Alam Semesta, yang bila Dia inginkan sesuatu,
cukup Dia katakan ‘Kun fakaykun”, Jadi maka jadilah. Baginya, begitu
mudah memisahkan hati-hati yang tertaut cinta, dan memasangkan hati-hati
itu dengan hati yang lain. Baginya, mudah untuk memisahkan hati yang
sempat bersatu sebelum akhirnya menyatukannya kembali setelah berpisah
sekian lama, atau sebelum akhirnya mempertemukannya dengan hati yang
lain dan menyatukannya untuk selamanya, seperti yang kita lihat dalam
hidup, ada orang-orang yang ditakdirkan untuk bertemu dan saling
mencintai namun tidak ditakdirkan untuk hidup bersama, dan ada juga yang
harus menempuh jalan yang terjal dan berliku sebelum akhirnya dapat
hidup bersama.
Dia pun bisa terlihat begitu kejam, dengan melambungkan hati dengan
rasa bahagia, yang membuat kita seolah terbang di atas awan, lalu
menggodamnya dengan rasa sakit dan perih, yang kadang membuat kita tidak
percaya bahwa semua ini benar-benar terjadi pada kita, tapi dia adalah
Maha Menyanyangi MakhlukNya. Dia sayangi kita dengan mempertemukan kita
dengan seseorang, meski akhirnya harus berpisah. Dia sayangi kita dengan
rasa sakit.
Dia sangat bijak, dalam cara-cara yang hanya bisa dipahami dengan
kejernihan hati. Dia sangat baik dalam cerita-cerita yang disusunNya
untuk kita, dalam keputusan siapa yang harus kita temui, kita cintai,
dan kita ikhlaskan; dala keputusan kapan, dimana, seberapa lama, dan
bagaimana kita harus bertemu, bersama, dan berpisah dengannya. Kita
hanya perlu menjaga prasangka baik, karena Dia ada dalam persangkaan
hambaNya, serta melengkapi hati kita dengan kesabaran, keikhlasan, dan
keyakinan kuat bahwa Dia lebih tahu mana yang terbaik untuk kita.
Bukankah telah Dia katakan dengan jelas, bisa jadi kita mencintai
sesuatu namun itu tidak baik untuk kita dan bisa jadi kita membenci
sesuatu namun itu baik untuk kita.
Selamat melanjutkan hidup dengan lebih kuat dan lebih bijaksana. :) :)